Suatu dialog yang penuh kesantunan dan kasih sayang antara seorang hamba dengan penciptanya.
Allah menjawab setiap pujian dan doa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Aku membagi shalat (yakni surat Al-Fatihah) menjadi dua bagian, separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca: ‘Segala puji bagi Allah’. Maka Allah menjawab : ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’. Apabila ia membaca : ‘Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang’. Maka Allah menjawab: ‘Hamba-Ku telah menyanjung-Ku’. Apabila ia membaca : ‘Penguasa hari pembalasan’. Maka Allah menjawab: ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku’. Apabila ia membaca: ‘Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan’. Maka Allah menjawab : ‘Ini separoh untuk-Ku dan separoh untuk hamba-Ku’. Apabila ia membaca : ‘Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus’. Maka Allah menjawab : ‘Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang ia minta.’”
Demikian pula ketika kita berdoa saat duduk diantara dua sujud. Secara khusus kita bersimpuh dihadapan Allah untuk menyampaikan 8 permohonan kepadanya.
Rabbighfirlii (ampuni aku)
Warhamnii (sayangi aku)
Wajburnii (tutupi aib-aibku)
Warfa’nii (angkat derajatku)
Warzuqnii (beri aku rizki)
Wahdinii (beri aku petunjuk)
Wa’afinii (sehatkan aku)
Wa’fuani (maafkan aku).
Yang menjadi permasalahan dan pertanyaan adalah apakah kita pernah merasakan jawaban atau respon Allah tersebut? Hampir kita tidak pernah merasakannya, sehingga kadang muncul sangkaan, bahwa Allah tidak mendengar doa kita, bahkan mungkin merasa doa kita tidak sampai ke Allah. Ada juga yang berpendapat, bahwa hanya doa orang-orang yang suci hatinya, setingkat nabi atau minimal wali, yang didengar oleh Allah. Padahal kita semua tahu, bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Dekat dan Maha Pengabul Doa, tapi seberapakah percayanya kita?
Komunikasi dua arah
Sebenarnya kalau kita perhatikan, permasalahannya bukan kepada apakah Allah menjawab doa ataupun menyambut dialog kita ketika sedang shalat, tetapi lebih kepada sikap kita dalam berkomunikasi.
Ketika kita berdoa saat duduk diantara dua sujud, kita mengucapkannya dengan cepat:
Sayangi rakyatmu ini …… (sambil membungkuk mengharapkan Presiden membelai kepala dan pundak kita)
Mohon jangan diumumkan kekhalayak ramai keburukan saya (sambil kita memasang muka yang memelas)
Mohon Paduka naikkan pangkat dan jabatan saya (sambil kita menggenggam erat tangan Presiden)
Mohon Paduka juga menaikkan gaji saya agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga dan ada sedikit sisa untuk simpanan (ekspresi muka dibuat semakin memelas)
Mohon petunjuk Pak Presiden untuk menyelesaikan urusan kami (sambil tersenyum simpatik berusaha meyakinkan)
Mohon bantuan obat-obatan dan biaya rumah sakit agar kami dapat mengobati penyakit-penyakit kami (sambil menujukkan bagian tubuh kita yang sakit dan bekas luka)
Maafkan kami Paduka (lalu beringsut mengundurkan diri dengan penuh sopan santun lalu).
Coba bandingkan dengan sikap kita ketika berdoa. Betapa seringkali kita menyepelekan Allah. Mentang-mentang Allah tidak kelihatan, kita suka bersikap seenaknya. Dalam kondisi ini pun sebenarnya Allah selalu merespon pujian dan permohonan kita, karena Dia Maha Dekat, Maha Pemaaf, Maha Tahu, Maha Cepat dan selalu menepati janji Nya.
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al A’raaf [7]:55-56)
Dalam berdoa kita harus merendahkan hati dan santun dalam menyampaikan. Kita perlu menyadari, bahwa hanya Allah-lah yang bisa mengabulkan doa kita.
Jangan berfikir jawaban Allah akan berupa kata-kata seperti halnya kita berbicara dengan sesama manusia. Jawaban Allah bukanlah berupa kata, suara ataupun tulisan. Misalnya, kita mengalami kesulitan keuangan. Jika kita memohon rejeki kepada Allah, tidak serta merta lalu ada sejumlah uang disebelah kita atau ada orang yang datang memberikan sejumlah uang atau muncul gambaran yang menyatakan dimana ada harta karun. Yang umum terjadi adalah beban di dada dan kekalutan di pikiran yang timbul akibat kesulitan keuangan tersebut diangkat terlebih dulu oleh Allah. Sesaat setelah selesai kita berdoa, kita tetap tidak punya uang, tetapi hati kita terasa lapang. Beban masalah seolah-olah hilang begitu saja. Dengan pikiran yang jernih, ilham akan lebih mudah diterima. Hati yang lapang membuat wajah bersinar, menyenangkan orang yang memandangkan. Selanjutnya secara bertahap dan pasti, rejeki datang dari arah yang tidak disangka-sangka. “Tangan-tangan” Allah bergerak sedemikian halus sehingga ketika masalah tersebut telah dapat diatasi, kita sering lupa bahwa kita pernah berdoa kepada Allah untuk itu.
Mudah-mudahan Anda dapat merasakan respon dari Allah atas permohonan yang disampaikan di atas. Jika tidak, bukan berarti Allah tidak menjawab doa kita, tetapi kita yang tidak dapat menangkap respon Nya.
________________
7 Riwayat seperti ini meskipun tertulis dalam beberapa kitab tentang peristiwa Isra’ dan Mi’raj menurut http://www.darulfatwa.org.au/ adalah kisah yang tidak sahih (benar).